Jumat, 25 April 2014

JURNAL 3

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN,
ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI SERTA PENINGKATAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL YANG ANEMIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MATTOMBONG KABUPATEN PINRANG

 Salmiah1, Rudi Hartono1, Badariah2
1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: Anemia is a state of deficiency of red blood cells (erythrocytes), usually as a result of the consumption of nutrient deficiency, especially protein, iron and loss a lot of blood which are not able to be replaced with food consumption

Objectives:     This   study    aimed    to  determine    the   effect  of  nutrition  education     on knowledge,   protein   intake   and   iron,  and   increased   levels   of   hemoglobin   for   anemia   in pregnant women, Puskesmas Mattombong Pinrang

Methods:      The research design is static group comparison design which consists of two groups, the treatment group and the control group with delta test knowledge, protein and iron intake, and increased levels of Hemoglobin using two independent samples T test.

Results:  Results   showed   that   before   and   after   intervention,   known   that   better   level   of knowledge   as   much   as   4   samples   (20.0%),   increased   to   18   samples   (90.0%)   in   the treatment     group,   good   protein   intake  as  much    as   5  samples    (25.0%)   increased    to 16 samples (80.0%) in the treatment group after intervention, whereas iron intake before and after intervention, both the treatment group and the control group no increase.

Conclusion: There are differences in knowledge, protein and iron intake before and after intervention was P <0.05, while there was no difference in Hemoglobin levels before and after intervention was p = 0.329.


Keyword: Nutrition education, protein intake and iron, hemoglobin, anemia

PENDAHULUAN                                                    
Masalah gizi di Indonesia dan di Negara yang berkembang masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia, masalah Gangguan  Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin (KVA) dan masalah obesitas di kota-kota besar (Supariasa, 2002).                        
Masalah gizi di sebabkan oleh berbagai faktor baik faktor secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor secara tidak  langsung adalah  ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh  (Soekirman, 2000).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi ibu hamil karena mereka banyak yang mengalami defisiensi  zat besi. Anemia berperan pada peningkatan prevalensi  risiko kesakitan  dan  kematian pada  ibu dan  bayi, secara keseluruhan  45% anemia terjadi pada ibu hamil    di negara berkembang (Fatmah, 2007).
Anemia  pada wanita hamil dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.  Resiko kematian maternal, angka prematuritas,  berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat.  Berdasarkan profil kesehatan provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009,  di Indonesia prevalensi anemia pada ibu hamil meningkat menjadi 70%  dan  penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Amiruddin pada tahun 2004 sekitar 83,6% ibu hamil yang mengalami anemia yang lokasi penelitiannya di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. Persentase anemia pada ibu hamil terus meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, pada trimester I 8% anemia pada ibu hamil, trimester II  12 % dan pada trimester III 29%.
                Prevalensi anemia ibu hamil berdasarkan  Depkes di  Kabupaten Pinrang tahun 2007 terdapat 11 orang ibu hamil dengan anemia berat, tahun 2008, 60 ibu hamil, tahun 2009 125 ibu hamil dan tahun
2010 sebanyak 1432 (16,94%) ibu hamil dengan anemia berat. Berdasarkan profil Kesehatan Puskesmas  Kecamatan Mattombong  mengalami peningkatan dari tahun 2009 ibu hamil dengan anemia sebanyak 20 orang (30%) meningkat pada tahun 2010 yaitu sekitar 37 ibu hamil dengan anemia  (51,38%) dan sebanyak 52 ibu hamil dengan anemia  (40,94%) dengan anemia dari 127 sampel.
                Mengingat dampak anemia, khususnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia,  maka  diperlukan suatu metode dalam pemecahan masalah anemia pada ibu hamil salah satunya adalah dengan pendidikan gizi melalui penyuluhan pada masyarakat yang berorientasi pada perubahan-perubahan pola menu dan kebiasaan masyarakat yang mengarah kepada pencapaian kemandirian
masyarakat dengan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, masyarakat dengan petugas kesehatan (Setyaningsih, 2008).

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian static group Comparison design  yaitu rancangan yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen menerima perlakuan dan kelompok kontrol yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi. Kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah kelompok yang  mendapat penyuluhan gizi, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok tidak mendapat penyuluhan. Intervensi dilakukan selama 1 bulan dengan frekuensi 1 kali/minggu tiap kelompok yang terdiri dari 5 ibu hamil pada kelompok perlakuan. Alat bantu yang digunakan adalah leaflet  yang diperbesar untuk memudahkan penyampaian materi penyuluhan.

Lokasi dan waktu penelitian.
Peneltian ini  telah    dilakukan di wilayah Puskesmas Mattombong di Kabupaten Pinrang  pada bulan Februari  –  bulan Oktober 2012

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang bermukim di wilayah kerja Puskesmas Mattombong, Kabupaten Pinrang yang berjumlah 127 sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1.       Ibu hamil trimester I, II dan III
2.       Ibu hamil yang memiliki kadar Hb <11 gr/dl
3.       Ibu hamil yang tidak patuh dalam mengonsumsi tablet Fe
4.       Ibu hamil yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.
Setelah sampel dihomogenkan selanjutnya sampel tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu sampel sebagai intervensi dan sampel sebagai control dengan cara merandom semua sampel yang berjumlah 40 sampel.

Pengumpulan Data
Data tingkat pengetahuan ibu hamil dikumpulkan dengan cara sampel menjawab kuesioner yang diberikan kemudian dihitung rata-rata jawaban dari semua sampel, selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan kriteria objek, dikumpulkan sebelum penyuluhan dilakukan sebagai data awal dan setelah selesai intervensi dilakukan selama satu bulan data pengetahuan dikumpulkan kembali sebagai data akhir.
Data asupan protein dan zat Fe ibu hamil dikumpulkan dengan menggunakan teknik “food recall” 2×24 jam. Data asupan protein  dan zat besi dikumpulkan sebelum penyuluhan dilakukan sebagai data awal dan setelah  intervensi selama satu bulan dikumpulkan kembali sebagai data akhir.
Gambaran umum lokasi penelitian, jumlah ibu hamil yang ada di Puskesmas Kecamatan Mattombong, Kabupaten Pinrang, dikumpulkan dengan cara observasi langsung dan menyalin langsung data yang ada serta data kadar Hb dikumpulkan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan dengan menggunakan alat digital dengan merek  Easy Touch GCHb.

HASIL 

Berdasarkan tabel di atas, umur sampel dengan frekuensi terbesar baik pada kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol adalah kategori 25-29 tahun yaitu sebanyak 17 sampel (85%) kelompok intervensi dan sebanyak 13 sampel (65%) kelompok kontrol.


Pada tabel  2  dapat dilihat, bahwa usia kandungan pada kelompok perlakuan terbesar adalah 1-3 bulan sebanyak 9 sampel (45%) sedangkan pada kelompok kontrol frekuensi terbesar adalah 4-6 bulan sebanyak 10 sampel (50%).


Tabel  3  menunjukkan, bahwa pendidikan sampel yang terbesar pada kelompok perlakuan adalah SMA sebanyak 9 sampel (45%), kelompok control adalah SMP sebanyak 9 sampel (45%), sedang frekuesi terkecil baik kelompok perlakuan maupun kontrol masing-masing adalah S1 yaitu 1 sampel (5%).

Tabel  4  dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan sampel terbesar baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 19 sampel (95%)

Status Gizi

Berdasarkan tabel  5  di atas dapat dilihat bahwa status gizi sampel berdasarkan LLA baik pada kelompok perlakuan maupun control terbesar adalah status gizi kurang sebanyak 13 sampel (65%) dan 11 sampel
(55%).

Pengetahuan
Tingkat pengetahuan sampel sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 6.


Tabel  6  di atas menunjukkan bahwa hasil tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi pada kelompok perlakuan adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 16 sampel (80%), kategori baik 4 sampel (20%) dan mengalami peningkatan sesudah intervensi dilakukan yaitu kategori baik sebanyak 18 sampel (90%), kategori kurang 2 sampel (10%). Sedangkan kelompok kontrol tingkat pengetahuan tidak mengalami perubahan yang bermakna, yaitu kategori kurang sebelum penyuluhan gizi sebanyak 15 sampel (75%), baik  5 sampel (25%), sesudah intervensi dilakukan kategori kurang sebanyak 18 sampel (70%) dan baik 2 sampel (30%). 

Asupan Zat Gizi
Asupan protein sampel sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel  7  menunjukkan, bahwa hasil asupan protein sampel sebelum dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi masing-masing dari kelompok perlakuan dan kontrol adalah asupan protein kurang sebanyak 15 sampel (75%) kelompok perlakuan dan 16 sampel (80%) kelompok kontrol. Sedangkan sesudah
dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi adalah asupan protein baik sebanyak 16 sampel (80%), kbelompok perlakuan dan 15 sampel (75%) kelompok kontrol.

Asupan zat besi sampel sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel  8  di atas, dapat dilihat bahwa hasil asupan zat besi sampel baik sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi masing-masing dari kelompok perlakuan dan kontrol adalah asupan zat besi kurang sebanyak 20 sampel (100%) kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kadar Hb ibu hamil
                Kadar Hb sampel sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9  di atas menunjukkan bahwa hasil kadar Hb sebelum dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi pada kelompok perlakuan adalah kadar Hb ≥10 mg/dl sebanyak 13 sampel (65%) dan mengalami peningkatan sesudah intervensi dilakukan yaitu sebanyak 15 sampel (75%). Sedangkan kelompok
kontrol tdak mengalami perubahan kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi.

Analisis statistik
Perbedaan (delta) kadar Hb sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan gizi dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 10  di atas menunjukkan bahwa, setelah 1 bulan intervensi delta kadar Hb ibu hamil pada kelompok perlakuan lebih tinggi dari kontrol (0,06 >0,03), namun tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p=0,329) dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa, setelah 1 bulan  intervensi delta skor pengetahuan ibu hamil kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara skor pengetahuan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Tabel 12  di atas menunjukkan bahwa, perubahan (delta) asupan zat gizi protein dan besi lebih tinggi pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol (p<0,05), artinya ada perebedaan yang bermakana antara asupan protein dan zat besi sebelum dan sesudah penyuluhan  pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

PEMBAHASAN
Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang anemia sebelum dilakukan penyuluhan gizi baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol kurang baik, kelompok intervensi sebanyak 16 sampel (80%) dan kelompok kontrol sebanyak 15 sampel (75%) dengan kategori tingkat pengetahuan kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu hamil belum memahami akibat-akibat yang akan timbul dari masalah anemia pada ibu hamil.
Menurut Notoadmodjo (2007) Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan terhadap stimulus berupa materi atau objek yang berhubungan tentang anemia sehingga menimbulkan respon dalam penatalaksanaan diet pada ibu hamil.
Salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan mengikuti kegiatan seminar atau penyuluhan tentang khususnya tentang gizi. Penyuluhan gizi pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat atau kelompok yang diharapkan akan berpengaruh kepada perilaku sasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setelah uji delta skor pengetahuan dilakukan pada delta skor pengetahuan kelompok intervensi dengan k elompok kontrol didapatkan, bahwa ada perbedaan yang bermakna antara skor pengetahuan kelompok intervensi dengan kelompok kontrol p<0,05.
Hal tersebut disebabkan karena intervensi yang diberikan berupa penyuluhan yang intensif dengan materi tentang anemia, akibat anemia pada ibu hamil dan makanan yang baik untuk ibu hamil. Seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), dengan memberikan pendidikan kesehatan (gizi) secara intensif dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan pada individu, kelompok atau masyarakat, sejalan dengan penelitian Ngraheni (1998) dalam Setyaningsih (2008) menyatakan bahwa, perilaku dalam bentuk pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat kejadian anemia pada ibu hamil.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Aswita Amir (2008) menyatakan bahwa penyuluhan yang dilakukan tenaga gizi pendamping berpengaruh terhadap perbedaan perubahan skor pengetahuan ibu hamil, tingkat kecukupan energy, status gizi (skor BB/U, PB/U dan BB/PB) serta hari sakit diare subjek.

Asupan zat gizi
Berdasarkan hasil penelitian, asupan zat gizi yang terdiri dari protein dan zat besi sebelum dilakukan penyuluhan gizi baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol kurang baik yaitu sebanyak 15 sampel (75%) kategori kurang asupan protein meningkat menjadi 16 sampel (80%) kategori asupan protein baik kelompok intervensi setelah penelitian dilakukan. Sedangkan asupan zat besi sampai akhir intervensi sebanyak 20 sampel (100%) kategori kurang asupan zat besi. Hal ini disebabkan karena  pemilihan bahan makanan yang kurang bervariasi, misalnya jika mereka mengomsumsi tempe dan tahu sebagai lauk utama mereka tidak lagi mengomsumsi ikan, daging dan ayam dan sebagian dari mereka yang tidak mengomsumsi jenis makanan tertentu, misalnya daun  kelor yang kaya akan zat besi, vitamin A karena menurut mereka dengan mengomsumsi daun ubi persalinan akan kurang lancar.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh oleh Muehji (2002) menyatakan bahwa, penyebab gangguan gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit infeksi, dimana asupan makanan seseorang dipengaruhi oleh ketidaktahuan akan hubungan makanan dengan kesehatan, adanya kebiasaan atau pantangan terhadap jenis bahan makanan tertentu yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu dan faktor penghasilan keluarga.
Adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil pada kelompok intervensi dan kontrol, juga berpengaruh pada asupan gizi yang mengalami peningkatan (perbedaan) yang bermakna hingga akhir intervensi (p<0,005), yaitu pada zat gizi protein dan zat besi yang mana Hb secara langsung dibentuk oleh kedua zat gizi tersebut (protein dan zat besi). Hal ini disebabkan karena ibu hamil setelah dilakukan penyuluhan, mereka mulai mengetahui dan memahami tentang anemia pada ibu hamil, makanan yang baik untuk ibu hamil, selain itu daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah penghasil ikan laut.
Sadikin (2005) menyatakan bahwa, proses penbentukan Hb dimulai dari eritroblas, kemudian dilanjutkan ke retikulosit. Bagian hem dari hemoglobin, terutama asetat dan glisin yang disintesis dalam mitokondria. Langkah awal adalah pembentukan senyawa priol, kemudian setiap empat senyawa priol akan membentuk protoporfirin yang akan terikat dengan zat besi membentuk molekul hem, dan empat molekul hem ini akan terikat dengan satu globulin (yang disintesis diribosum reticulum endosplasma), dan akhirnya terbentuklah hemoglobin.
Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh  Murdianto muji (2010) menyatakan, bahwa adanya hubungan yang signifikan status anemia dengan tingkat konsumsi zat besi (p=0.043) dan konsumsi protein (p=0.002), artinya semakin rendah asupan protein dan zat besi semakin potensial untuk terjadi anemia.  Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia, yang menjangkiti lebih dari 600 juta manusia dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, yakni berkisar antara 10 % dan 20 %.

Kadar Hb
Kadar Hb merupakan salah indikator yang digunakan untuk menentukan seseorang anemia atau tidak anemia yang secara langsung dibentuk oleh zat protein dan zat besi serta jenis zat gizi lain yaitu vitamin B 6, B12 asam folat, dan vitamin C. Menurut Aritonang (2010)  Penyebab utama anemia adalah karena kurangnya mengomsumsi zat-zat esensial yang dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin (Hb) yaitu protein dan zat besi disamping zat gizi lainnya misalnya B12,  vit C dan sebagainya, dan absorpsi zat besi yang rendah dari pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beranekaragam atau kehilangan darah yang berlebihan dan tidak mampu diganti oleh konsumsi makanan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya peningkatan asupan protein dan zat zat besi pada kelompok intervensi dan sampel, namun peningkatan tersebut  tidak menyebabkan kadar Hb ibu hamil juga meningkat (p>0,05). Hal ini disebabkan karena kadar Hb bukan hanya dipengaruhi oleh asupan protein dan zat besi, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya gangguan metabolisme dalam penyerapan, adanya penyakit infeksi dan ketidak patuhan ibu hamil dalam mengomsumsi tablet Fe.

KESIMPULAN
1.    Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan gizi pada kelompok perlakuan kategori tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 sampel (20%) dan meningkat menjadi 18 sampel (90%) sesudah penelitan, sedangkan kelompok kontrol tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 5 sampel (75%) menurun menjadi 2 sampel (10%), sesudah intervensi dilakukan.
2.    Asupan protein sampel sebelum dilakukan penyuluhan gizi kategori asupan protein baik sebanyak 5 sampel (25%) kelompok perlakuan meningkat menjadi 16 sampel (80%) dan kelompok kontrol kategori asupan protein baik sebanyak 4 sampel (15%) meningkat menjadi 15 sampel (75%) sesudah penelitian.
3.    Asupan zat Fe sampel baik sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan gizi kategori asupan zat Fe kurang sebanyak 20 sampel (100%) kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
4.    Kadar Hb sebelum penyuluhan kelompok perlakuan kategori kadar Hb ≥ 10 mg/dl sebanyak 13 sampel meningkat menjadi 15 sampel (75%) sesudah penelitian, sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami perubahan.
5.    Hasil uji delta menunjukkan, adanya perbedaan tingkat pengetahuan dan asupan protein dan  zat Fe p<0,05 dan tidak ada perbedaan kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi dilakukan p>0,05.

SARAN
1.    Perlu ditingkatkan materi penyuluhan bukan hanya seputar masalah anemia saja tetapi tentang pentingnya kepatuhan mengomsumsi tablet Fe
2.    Dalam  pelaksanaan konsultasi  perlu memanfaatkan media yang menarik agar sasaran bersemangat mengikuti penyuluhan misalnya poster, power point dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004.  Prinsip Dasar Ilmu Gizi.  Jakarta; Gramedia Pustaka Utama;
Aritonang irianto. 2010.  Menilai status gizi untuk mencapai sehat optimal. Yogyakarta ; Leutika dengan Cebios Dinas difa.  Kamus Istilah Kedokteran. Gramedia press.
Fatmah. 2007.  Gizi Dan Kesehatan Masyarakat.  Jakata; PT Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo  Soekidjo. 2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta; PT Rineka Jaya
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Supariasa, nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC.
Winarno, F,G. 2004.  Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta;PT Gramedia Pustaka Utama.