PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PENGETAHUAN,
ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI SERTA PENINGKATAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL YANG ANEMIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MATTOMBONG KABUPATEN PINRANG
Salmiah1, Rudi Hartono1,
Badariah2
1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes,
Makassar
2Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan
Kemenkes, Makassar
Abstract
Background: Anemia is a state of
deficiency of red blood cells (erythrocytes), usually as a result of the
consumption of nutrient deficiency, especially protein, iron and loss a lot of
blood which are not able to be replaced with food consumption
Objectives: This
study aimed to
determine the effect
of nutrition education
on knowledge, protein intake
and iron, and
increased levels of
hemoglobin for anemia
in pregnant women, Puskesmas Mattombong Pinrang
Methods: The research design is static group
comparison design which consists of two groups, the treatment group and the
control group with delta test knowledge, protein and iron intake, and increased
levels of Hemoglobin using two independent samples T test.
Results: Results
showed that before
and after intervention, known
that better level
of knowledge as much
as 4 samples
(20.0%), increased to
18 samples (90.0%)
in the treatment group,
good protein intake
as much as
5 samples (25.0%)
increased to 16 samples (80.0%)
in the treatment group after intervention, whereas iron intake before and after
intervention, both the treatment group and the control group no increase.
Conclusion: There are differences in
knowledge, protein and iron intake before and after intervention was P
<0.05, while there was no difference in Hemoglobin levels before and after
intervention was p = 0.329.
Keyword: Nutrition education, protein intake
and iron, hemoglobin, anemia
PENDAHULUAN
Masalah gizi di Indonesia dan di Negara yang berkembang
masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia,
masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin (KVA) dan masalah obesitas di kota-kota
besar (Supariasa, 2002).
Masalah gizi di sebabkan oleh berbagai faktor baik
faktor secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor secara
tidak langsung adalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga,
yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
(Soekirman, 2000).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat
terbesar di dunia terutama bagi ibu hamil karena mereka banyak yang mengalami
defisiensi zat besi. Anemia berperan
pada peningkatan prevalensi risiko
kesakitan dan kematian pada
ibu dan bayi, secara
keseluruhan 45% anemia terjadi pada ibu
hamil di negara berkembang (Fatmah,
2007).
Anemia pada
wanita hamil dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan
persalinan. Resiko kematian maternal,
angka prematuritas, berat badan bayi
lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Berdasarkan profil kesehatan provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2009, di
Indonesia prevalensi anemia pada ibu hamil meningkat menjadi 70% dan
penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Amiruddin pada tahun 2004 sekitar
83,6% ibu hamil yang mengalami anemia yang lokasi penelitiannya di Kecamatan
Bantimurung, Kabupaten Maros. Persentase anemia pada ibu hamil terus meningkat
seiring bertambahnya usia kehamilan, pada trimester I 8% anemia pada ibu hamil,
trimester II 12 % dan pada trimester III
29%.
Prevalensi anemia
ibu hamil berdasarkan Depkes di Kabupaten Pinrang tahun 2007 terdapat 11
orang ibu hamil dengan anemia berat, tahun 2008, 60 ibu hamil, tahun 2009 125
ibu hamil dan tahun
2010 sebanyak 1432 (16,94%) ibu hamil dengan anemia berat. Berdasarkan
profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan
Mattombong mengalami peningkatan dari
tahun 2009 ibu hamil dengan anemia sebanyak 20 orang (30%) meningkat pada tahun
2010 yaitu sekitar 37 ibu hamil dengan anemia
(51,38%) dan sebanyak 52 ibu hamil dengan anemia (40,94%) dengan anemia dari 127 sampel.
Mengingat dampak
anemia, khususnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia, maka
diperlukan suatu metode dalam pemecahan masalah anemia pada ibu hamil
salah satunya adalah dengan pendidikan gizi melalui penyuluhan pada masyarakat
yang berorientasi pada perubahan-perubahan pola menu dan kebiasaan masyarakat
yang mengarah kepada pencapaian kemandirian
masyarakat dengan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah,
masyarakat dengan petugas kesehatan (Setyaningsih, 2008).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu
dengan desain penelitian static group Comparison design yaitu rancangan yang terdiri dari 2 kelompok,
yaitu kelompok eksperimen menerima perlakuan dan kelompok kontrol yang diikuti
dengan pengukuran kedua atau observasi. Kelompok perlakuan dalam penelitian ini
adalah kelompok yang mendapat penyuluhan
gizi, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok tidak mendapat penyuluhan.
Intervensi dilakukan selama 1 bulan dengan frekuensi 1 kali/minggu tiap
kelompok yang terdiri dari 5 ibu hamil pada kelompok perlakuan. Alat bantu yang
digunakan adalah leaflet yang diperbesar
untuk memudahkan penyampaian materi penyuluhan.
Lokasi dan waktu penelitian.
Peneltian ini
telah dilakukan di wilayah
Puskesmas Mattombong di Kabupaten Pinrang
pada bulan Februari – bulan Oktober 2012
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil
yang bermukim di wilayah kerja Puskesmas Mattombong, Kabupaten Pinrang yang
berjumlah 127 sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1.
Ibu hamil trimester I, II dan III
2.
Ibu hamil yang memiliki kadar Hb <11 gr/dl
3.
Ibu hamil yang tidak patuh dalam mengonsumsi
tablet Fe
4.
Ibu hamil yang bersedia menjadi sampel dalam
penelitian ini.
Setelah sampel dihomogenkan selanjutnya sampel
tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu sampel sebagai intervensi dan sampel
sebagai control dengan cara merandom semua sampel yang berjumlah 40 sampel.
Pengumpulan Data
Data tingkat pengetahuan ibu hamil dikumpulkan
dengan cara sampel menjawab kuesioner yang diberikan kemudian dihitung
rata-rata jawaban dari semua sampel, selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan
kriteria objek, dikumpulkan sebelum penyuluhan dilakukan sebagai data awal dan
setelah selesai intervensi dilakukan selama satu bulan data pengetahuan
dikumpulkan kembali sebagai data akhir.
Data asupan protein dan zat Fe ibu hamil dikumpulkan
dengan menggunakan teknik “food recall” 2×24 jam. Data asupan protein dan zat besi dikumpulkan sebelum penyuluhan
dilakukan sebagai data awal dan setelah
intervensi selama satu bulan dikumpulkan kembali sebagai data akhir.
Gambaran umum lokasi penelitian, jumlah ibu hamil
yang ada di Puskesmas Kecamatan Mattombong, Kabupaten Pinrang, dikumpulkan
dengan cara observasi langsung dan menyalin langsung data yang ada serta data
kadar Hb dikumpulkan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan dengan
menggunakan alat digital dengan merek
Easy Touch GCHb.
HASIL
Berdasarkan tabel di atas, umur sampel dengan
frekuensi terbesar baik pada kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol
adalah kategori 25-29 tahun yaitu sebanyak 17 sampel (85%) kelompok intervensi
dan sebanyak 13 sampel (65%) kelompok kontrol.
Pada
tabel 2
dapat dilihat, bahwa usia kandungan pada kelompok perlakuan terbesar
adalah 1-3 bulan sebanyak 9 sampel (45%) sedangkan pada kelompok kontrol
frekuensi terbesar adalah 4-6 bulan sebanyak 10 sampel (50%).
Tabel 3 menunjukkan, bahwa pendidikan sampel yang
terbesar pada kelompok perlakuan adalah SMA sebanyak 9 sampel (45%), kelompok
control adalah SMP sebanyak 9 sampel (45%), sedang frekuesi terkecil baik
kelompok perlakuan maupun kontrol masing-masing adalah S1 yaitu 1 sampel (5%).
Tabel 4 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan sampel
terbesar baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol adalah Ibu Rumah Tangga
sebanyak 19 sampel (95%)
Status Gizi
Berdasarkan tabel
5 di atas dapat dilihat bahwa
status gizi sampel berdasarkan LLA baik pada kelompok perlakuan maupun control
terbesar adalah status gizi kurang sebanyak 13 sampel (65%) dan 11 sampel
(55%).
Pengetahuan
Tingkat pengetahuan sampel sebelum dan sesudah
penyuluhan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa hasil tingkat
pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi pada kelompok
perlakuan adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 16 sampel (80%), kategori
baik 4 sampel (20%) dan mengalami peningkatan sesudah intervensi dilakukan
yaitu kategori baik sebanyak 18 sampel (90%), kategori kurang 2 sampel (10%).
Sedangkan kelompok kontrol tingkat pengetahuan tidak mengalami perubahan yang
bermakna, yaitu kategori kurang sebelum penyuluhan gizi sebanyak 15 sampel
(75%), baik 5 sampel (25%), sesudah
intervensi dilakukan kategori kurang sebanyak 18 sampel (70%) dan baik 2 sampel
(30%).
Asupan Zat Gizi
Asupan
protein sampel sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
menunjukkan, bahwa hasil asupan protein sampel sebelum dilakukan
penyuluhan gizi yang tertinggi masing-masing dari kelompok perlakuan dan
kontrol adalah asupan protein kurang sebanyak 15 sampel (75%) kelompok
perlakuan dan 16 sampel (80%) kelompok kontrol. Sedangkan sesudah
dilakukan
penyuluhan gizi yang tertinggi adalah asupan protein baik sebanyak 16 sampel
(80%), kbelompok perlakuan dan 15 sampel (75%) kelompok kontrol.
Asupan zat besi sampel sebelum dan sesudah penyuluhan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 8 di
atas, dapat dilihat bahwa hasil asupan zat besi sampel baik sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi masing-masing dari kelompok perlakuan
dan kontrol adalah asupan zat besi kurang sebanyak 20 sampel (100%) kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
Kadar Hb ibu hamil
Kadar Hb sampel sebelum dan
sesudah penyuluhan dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa
hasil kadar Hb sebelum dilakukan penyuluhan gizi yang tertinggi pada kelompok
perlakuan adalah kadar Hb ≥10 mg/dl sebanyak 13 sampel (65%) dan mengalami
peningkatan sesudah intervensi dilakukan yaitu sebanyak 15 sampel (75%).
Sedangkan kelompok
kontrol tdak
mengalami perubahan kadar Hb sebelum dan sesudah intervensi.
Analisis statistik
Perbedaan (delta) kadar Hb sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan gizi
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 10 di atas menunjukkan
bahwa, setelah 1 bulan intervensi delta kadar Hb ibu hamil pada kelompok
perlakuan lebih tinggi dari kontrol (0,06 >0,03), namun tidak memiliki perbedaan
yang bermakna (p=0,329) dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa, setelah 1 bulan intervensi delta skor pengetahuan ibu hamil
kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (p=0,000), artinya
ada perbedaan yang bermakna antara skor pengetahuan kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Tabel 12 di atas menunjukkan
bahwa, perubahan (delta) asupan zat gizi protein dan besi lebih tinggi pada
kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol (p<0,05), artinya ada
perebedaan yang bermakana antara asupan protein dan zat besi sebelum dan
sesudah penyuluhan pada kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol.
PEMBAHASAN
Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang anemia sebelum dilakukan penyuluhan gizi baik kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol kurang baik, kelompok intervensi sebanyak 16
sampel (80%) dan kelompok kontrol sebanyak 15 sampel (75%) dengan kategori
tingkat pengetahuan kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu hamil
belum memahami akibat-akibat yang akan timbul dari masalah anemia pada ibu
hamil.
Menurut Notoadmodjo (2007) Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Terbentuknya
perilaku baru dimulai dari pengetahuan terhadap stimulus berupa materi atau
objek yang berhubungan tentang anemia sehingga menimbulkan respon dalam
penatalaksanaan diet pada ibu hamil.
Salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan
adalah dengan mengikuti kegiatan seminar atau penyuluhan tentang khususnya
tentang gizi. Penyuluhan gizi pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat atau kelompok yang diharapkan akan
berpengaruh kepada perilaku sasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setelah uji delta
skor pengetahuan dilakukan pada delta skor pengetahuan kelompok intervensi
dengan k elompok kontrol didapatkan, bahwa ada perbedaan yang bermakna antara
skor pengetahuan kelompok intervensi dengan kelompok kontrol p<0,05.
Hal tersebut disebabkan karena intervensi yang
diberikan berupa penyuluhan yang intensif dengan materi tentang anemia, akibat
anemia pada ibu hamil dan makanan yang baik untuk ibu hamil. Seperti yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), dengan memberikan pendidikan kesehatan
(gizi) secara intensif dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan
pada individu, kelompok atau masyarakat, sejalan dengan penelitian Ngraheni
(1998) dalam Setyaningsih (2008) menyatakan bahwa, perilaku dalam bentuk
pengetahuan berkaitan erat dengan tingkat kejadian anemia pada ibu hamil.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Aswita Amir (2008) menyatakan bahwa penyuluhan yang dilakukan tenaga
gizi pendamping berpengaruh terhadap perbedaan perubahan skor pengetahuan ibu
hamil, tingkat kecukupan energy, status gizi (skor BB/U, PB/U dan BB/PB) serta
hari sakit diare subjek.
Asupan zat gizi
Berdasarkan hasil penelitian, asupan zat gizi yang
terdiri dari protein dan zat besi sebelum dilakukan penyuluhan gizi baik pada
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol kurang baik yaitu sebanyak 15
sampel (75%) kategori kurang asupan protein meningkat menjadi 16 sampel (80%)
kategori asupan protein baik kelompok intervensi setelah penelitian dilakukan.
Sedangkan asupan zat besi sampai akhir intervensi sebanyak 20 sampel (100%)
kategori kurang asupan zat besi. Hal ini disebabkan karena pemilihan bahan makanan yang kurang
bervariasi, misalnya jika mereka mengomsumsi tempe dan tahu sebagai lauk utama
mereka tidak lagi mengomsumsi ikan, daging dan ayam dan sebagian dari mereka
yang tidak mengomsumsi jenis makanan tertentu, misalnya daun kelor yang kaya akan zat besi, vitamin A
karena menurut mereka dengan mengomsumsi daun ubi persalinan akan kurang
lancar.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
oleh Muehji (2002) menyatakan bahwa, penyebab gangguan gizi secara langsung
dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit infeksi, dimana asupan makanan
seseorang dipengaruhi oleh ketidaktahuan akan hubungan makanan dengan
kesehatan, adanya kebiasaan atau pantangan terhadap jenis bahan makanan
tertentu yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan
tertentu dan faktor penghasilan keluarga.
Adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil pada
kelompok intervensi dan kontrol, juga berpengaruh pada asupan gizi yang
mengalami peningkatan (perbedaan) yang bermakna hingga akhir intervensi
(p<0,005), yaitu pada zat gizi protein dan zat besi yang mana Hb secara
langsung dibentuk oleh kedua zat gizi tersebut (protein dan zat besi). Hal ini
disebabkan karena ibu hamil setelah dilakukan penyuluhan, mereka mulai
mengetahui dan memahami tentang anemia pada ibu hamil, makanan yang baik untuk
ibu hamil, selain itu daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah
penghasil ikan laut.
Sadikin (2005) menyatakan bahwa, proses penbentukan
Hb dimulai dari eritroblas, kemudian dilanjutkan ke retikulosit. Bagian hem
dari hemoglobin, terutama asetat dan glisin yang disintesis dalam mitokondria.
Langkah awal adalah pembentukan senyawa priol, kemudian setiap empat senyawa
priol akan membentuk protoporfirin yang akan terikat dengan zat besi membentuk
molekul hem, dan empat molekul hem ini akan terikat dengan satu globulin (yang
disintesis diribosum reticulum endosplasma), dan akhirnya terbentuklah
hemoglobin.
Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Murdianto muji (2010)
menyatakan, bahwa adanya hubungan yang signifikan status anemia dengan tingkat
konsumsi zat besi (p=0.043) dan konsumsi protein (p=0.002), artinya semakin
rendah asupan protein dan zat besi semakin potensial untuk terjadi anemia. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah
gizi yang paling lazim di dunia, yang menjangkiti lebih dari 600 juta manusia
dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, yakni berkisar antara 10 % dan 20 %.
Kadar Hb
Kadar Hb merupakan salah indikator yang digunakan
untuk menentukan seseorang anemia atau tidak anemia yang secara langsung
dibentuk oleh zat protein dan zat besi serta jenis zat gizi lain yaitu vitamin
B 6, B12 asam folat, dan vitamin C. Menurut Aritonang (2010) Penyebab utama anemia adalah karena kurangnya
mengomsumsi zat-zat esensial yang dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin (Hb)
yaitu protein dan zat besi disamping zat gizi lainnya misalnya B12, vit C dan sebagainya, dan absorpsi zat besi
yang rendah dari pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu yang
kurang beranekaragam atau kehilangan darah yang berlebihan dan tidak mampu
diganti oleh konsumsi makanan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya peningkatan
asupan protein dan zat zat besi pada kelompok intervensi dan sampel, namun
peningkatan tersebut tidak menyebabkan
kadar Hb ibu hamil juga meningkat (p>0,05). Hal ini disebabkan karena kadar
Hb bukan hanya dipengaruhi oleh asupan protein dan zat besi, tetapi juga
dipengaruhi oleh adanya gangguan metabolisme dalam penyerapan, adanya penyakit
infeksi dan ketidak patuhan ibu hamil dalam mengomsumsi tablet Fe.
KESIMPULAN
1.
Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan
gizi pada kelompok perlakuan kategori tingkat pengetahuan baik sebanyak 4
sampel (20%) dan meningkat menjadi 18 sampel (90%) sesudah penelitan, sedangkan
kelompok kontrol tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 5 sampel (75%)
menurun menjadi 2 sampel (10%), sesudah intervensi dilakukan.
2.
Asupan protein sampel sebelum dilakukan
penyuluhan gizi kategori asupan protein baik sebanyak 5 sampel (25%) kelompok
perlakuan meningkat menjadi 16 sampel (80%) dan kelompok kontrol kategori
asupan protein baik sebanyak 4 sampel (15%) meningkat menjadi 15 sampel (75%)
sesudah penelitian.
3.
Asupan zat Fe sampel baik sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan gizi kategori asupan zat Fe kurang sebanyak 20 sampel
(100%) kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
4.
Kadar Hb sebelum penyuluhan kelompok perlakuan
kategori kadar Hb ≥ 10 mg/dl sebanyak 13 sampel meningkat menjadi 15 sampel
(75%) sesudah penelitian, sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami perubahan.
5.
Hasil uji delta menunjukkan, adanya perbedaan
tingkat pengetahuan dan asupan protein dan
zat Fe p<0,05 dan tidak ada perbedaan kadar Hb sebelum dan sesudah
intervensi dilakukan p>0,05.
SARAN
1.
Perlu ditingkatkan materi penyuluhan bukan hanya
seputar masalah anemia saja tetapi tentang pentingnya kepatuhan mengomsumsi
tablet Fe
2.
Dalam
pelaksanaan konsultasi perlu
memanfaatkan media yang menarik agar sasaran bersemangat mengikuti penyuluhan
misalnya poster, power point dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama;
Aritonang irianto. 2010. Menilai
status gizi untuk mencapai sehat optimal. Yogyakarta ; Leutika dengan
Cebios Dinas difa. Kamus Istilah Kedokteran. Gramedia press.
Fatmah. 2007. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakata; PT Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo
Soekidjo. 2007. Kesehatan
masyarakat ilmu dan seni. Jakarta; PT Rineka Jaya
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Supariasa, nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC.
Winarno, F,G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta;PT
Gramedia Pustaka Utama.